Kebiasaan yang Bisa Bikin Risiko Hipertensi Meninggi, Perempuan Lebih Riskan

Lebih pendek durasi tidur, hipertensi alias tekanan darah tinggi pun kian mengancam. 

Kurang tidur membuat risiko hipertensi kian tinggi. (Foto Ilustrasi: Thirdman/Pexels)
Kurang tidur membuat risiko hipertensi kian tinggi. (Foto Ilustrasi: Thirdman/Pexels) 

ngarahNyaho! - Kurang tidur sering dikaitkan dengan risiko gangguan kesehatan, salah satunya hipertensi. Hasil studi terbaru menguatkan hal tersebut. 

Pada Sesi Ilmiah Tahunan American College of Cardiology, peneliti dari Pusat Jantung Teheran, Iran, mengungkap risiko buruk dari kurang tidur. Perempuan lebih riskan.

Meskipun hubungan antara pola tidur dan tekanan darah tinggi telah dilaporkan, namun bukti tentang sifat hubungan ini tidak konsisten, menurut para peneliti. 

Analisis saat ini mengumpulkan data dari 16 penelitian yang dilakukan antara Januari 2000 dan Mei 2023.

Peneliti mengevaluasi kejadian hipertensi pada 1.044.035 orang dari enam negara yang tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya selama median tindak lanjut lima tahun.

Durasi tidur pendek secara signifikan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena hipertensi.

Kondisi itu juga memerhatikan faktor risiko demografis dan kardiovaskular, termasuk usia, jenis kelamin, pendidikan, BMI, tekanan darah, status merokok, dll.

Selain itu, hubungan tersebut ditemukan lebih kuat lagi pada mereka yang tidur kurang dari lima jam.

“Berdasarkan data terkini, semakin sedikit Anda tidur—yaitu kurang dari tujuh jam sehari—semakin besar kemungkinan Anda terkena tekanan darah tinggi di masa depan,” kata Kaveh Hosseini.

“Kami melihat tren antara durasi tidur yang lebih lama dan peningkatan tekanan darah tinggi, namun hal tersebut tidak signifikan secara statistik," lanjut asisten profesor kardiologi di Pusat Jantung Teheran, Iran.

"Tidur tujuh hingga delapan jam, seperti yang direkomendasikan oleh para ahli tidur, mungkin juga merupakan yang terbaik untuk jantung Anda,” tambah Hosseini yang juga peneliti utama penelitian ini 

Studi tersebut menemukan, tidur kurang dari tujuh jam dikaitkan dengan 7 persen peningkatan risiko terkena tekanan darah tinggi, yang meningkat jadi 11 persen ketika durasi tidur yang dilaporkan kurang dari lima jam. 

Sebagai perbandingan, diabetes dan merokok diketahui meningkatkan risiko hipertensi setidaknya 20 persen, kata Hosseini.

Meskipun penelitian ini tidak menyelidiki mengapa hal ini bisa terjadi, Hosseini mengatakan bahwa gangguan tidur bisa jadi penyebabnya. 

Misalnya saja, kebiasaan gaya hidup atau kondisi penyakit penyerta seperti makan berlebihan, penggunaan alkohol, kerja shift malam, penggunaan obat-obatan tertentu.

Selain itu, kecemasan, depresi, sleep apnea, atau gangguan tidur lainnya mungkin menjadi faktor penyebabnya.

Para peneliti terkejut karena tidak ada perbedaan berdasarkan usia dalam hubungan antara durasi tidur dan hipertensi mengingat pola tidur cenderung berubah seiring bertambahnya usia. 

Usia peserta berkisar antara 35,4 tahun hingga 60,9 tahun dan lebih dari separuh (61 persen) adalah perempuan. 

Jika dibandingkan dengan laki-laki, perempuan yang melaporkan tidur kurang dari tujuh jam memiliki risiko 7 persen lebih besar terkena tekanan darah tinggi.

“Kurang tidur tampaknya lebih berisiko pada perempuan,” kata Hosseini. 

“Perbedaannya signifikan secara statistik, meskipun kami tidak yakin apakah itu signifikan secara klinis dan harus dipelajari lebih lanjut," lanjut dia. 

"Apa yang kami lihat adalah kurangnya pola tidur yang baik dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, yang kami tahu dapat memicu penyakit jantung dan stroke.”

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk durasi tidur berdasarkan kuesioner yang dilaporkan sendiri, sehingga perubahan durasi tidur selama periode tindak lanjut tidak dinilai. 

Selain itu, terdapat variasi dalam seberapa pendek durasi tidur yang ditentukan antar penelitian (kurang dari lima atau enam jam).

Hosseini mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi hubungan antara durasi tidur dan tekanan darah tinggi menggunakan metode yang lebih akurat seperti polisomnografi.

“Selain itu, variasi referensi durasi tidur menggarisbawahi perlunya definisi standar dalam penelitian tidur untuk meningkatkan daya banding dan generalisasi temuan di berbagai penelitian,” katanya.| Sumber: EurekAlert 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama