Jamur Ajaib Efektif Obati Depresi, tapi Bagaimana Dampak Jangka Panjangnya?

Jamur ajaib atau magic mashroom 'secara signifikan' mengurangi gejala depresi, namun hanya untuk kalangan tertentu.

Gambar hanya ilustrasi. (Freepik)

ngarahNyaho!
- Peneliti menemukan, kandungan jamur ajaib bernama psilocybin berpotensi lebih efektif mengatasi depresi dibandingkan pengobatan sejenis termasuk antidepresan.

Kandungan tersebut terutama bekerja pada pasien lanjut usia dan mereka yang sebelumnya mengonsumsi obat tersebut, para peneliti dari Universitas Oxford menekankan. 

“Dalam meta-analisis kami, kami menemukan bahwa penggunaan psilocybin menunjukkan manfaat yang signifikan terhadap perubahan skor depresi dibandingkan dengan plasebo. 

“Ulasan ini menunjukkan kemanjuran psilocybin yang jauh lebih besar di antara pasien dengan depresi sekunder, pasien yang pernah menggunakan psikedelik, dan pasien lanjut usia.”

Demikian Athina-Marina Metaxa, penulis utama pada penelitian, katakan seperti dikutip dari The Sun. 

Penelitian sebelumnya telah menghubungkan penggunaan psilocybin dalam dosis terkontrol dengan perbaikan gejala.

Studi terbaru, yang dipublikasikan di The BMJ, meninjau data dari tujuh makalah untuk melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi seberapa baik obat tersebut bekerja.

Secara total, uji coba yang dianalisis melibatkan 436 pasien depresi yang diberi dosis psilocybin atau plasebo, niasin, atau psikedelik lainnya.

Skor depresi diukur sebelum dan sesudah pengobatan untuk melihat seberapa baik obat tersebut bekerja.

Perubahan skor depresi secara signifikan lebih besar setelah pengobatan dengan psilocybin dibandingkan dengan pengobatan serupa, kata para peneliti.

Mereka yang mengalami depresi sekunder, artinya mereka menderita penyakit lain yang terkait dengan depresi, mendapat manfaat paling besar, demikian temuan mereka.

“Khasiat tampaknya tidak seragam antar tipe pasien. Misalnya, mereka yang mengalami depresi dan penyakit yang mengancam nyawa tampaknya mendapat manfaat lebih dari pengobatan.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas faktor-faktor yang memaksimalkan potensi pengobatan psilocybin untuk gejala depresi,” kata Metaxa. 

Pendampingan ketat

Ilustrasi seorang perempuan yang menyebdiri. (Foto: Sofia Alejandra/Pexels)

Akanksha Sharma yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Medical News Today bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana psikedelik seperti psilocybin memengaruhi otak.

Sharma adalah ahli saraf, ahli neuro-onkologi, dan praktisi pengobatan paliatif di Pacific Neuroscience Institute di Santa Monica, California, Amerika Serikat.

Sharma mengatakan psikedelik dapat mengubah perspektif dan membantu orang berpikir secara berbeda tentang hidup dan mati serta membawa kedamaian dan penerimaan spiritual.

Hal tersebut lanjut dia, dapat membantu orang yang mengalami kanker dan depresi. Namun, ada juga kelemahan pengobatan seperti psilocybin.

“Kita masih harus banyak belajar mengenai cara kerjanya dan pengaruhnya terhadap kita sehingga selalu ada risiko yang melekat pada hal tersebut,” kata Sharma. 

“Membuka pikiran dan hati dengan cara ini tidak dapat dilakukan tanpa terapis dan dukungan ahli. 

"Pasien harus dibimbing melalui hal ini jika tidak, mereka akan mengalami kecemasan, panik, kebingungan, dan dapat mengalami tekanan darah tinggi, serta efek samping jantung yang mungkin tidak dapat mereka atasi. 

"Kami juga belum mengetahui dampak jangka panjangnya,” dia menambahkan. | Sumber: The Sun/Medical News Today

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama