Wah, Orang Utan Sumatera Sembuhkan Luka Gunakan Daun Akar Kuning

Ilmuwan menerka-nerka asal pengetahuan pengobatan orang utan ini. Mungkinkah hasil belajar?

Rakus, orang utan Sumatera, teramati mengobati lukanya dengan daun akar kuning. (Foto: Armas/Safrudin/Saidi Agam via IFL Science)
Rakus, orang utan Sumatera, teramati mengobati lukanya dengan daun akar kuning. (Foto: Armas/Safrudin/Saidi Agam via IFL Science) 

ngarahNyaho! - Rakus, seekor orang utan Sumatera, terlihat mengunyah daun dari tanaman akar kuning. Ia kemudian mengoleskan sari tanaman itu di pipinya.

Rakus melakukan proses itu selama tujuh menit, hingga lukanya tertutup seluruhnya. Jelas sudah bagi saintis yang mengamatinya, orang utan jantan itu melakukannya dengan sengaja.

Hewan itu juga terus mengunyah daun tanaman akar kuning selama setengah jam. Lukanya kemudian sembuh total tanpa infeksi.

Kisah-kisah tentang hewan yang mengobati lukanya dengan tumbuhan tertentu sudah banyak, terutama penggunaannya untuk melawan parasit atau infeksi baik internal maupun eksternal. 

Namun, apa yang dilakukan Rakus dengan perawatan sengaja terhadap lukanya itu merupakan hal luar biasa. 

RAKUS mengobati lukanya dengan daun akar kuning. (Foto: Saidi Agam via ScienceNews)
RAKUS mengobati lukanya dengan daun akar kuning. (Foto: Saidi Agam via ScienceNews)

Mitra terdekatnya adalah simpanse yang mengoleskan serangga tak dikenal ke luka mereka sendiri, atau kadang-kadang luka anggota kelompok mereka.

Para peneliti mengamati Rakus dan anggota spesiesnya lainnya di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera. Dr Isabelle Laumer dan rekannya melihat Rakus dengan luka di pipi kanannya pada Juni 2022. 

Tiga hari kemudian, mereka menyaksikan dia mengunyah akar kuning (Fibraurea tinctoria). Ia tidak mengoleskan daun yang sudah dikunyah itu ke tempat lain selain lukanya.

Selain penerapannya dalam mencegah infeksi luka, masyarakat Sumatera juga memanfaatkan akar kuning dalam pengobatan tradisional malaria, disentri, dan bahkan diabetes. 

Bahkan ada klaim senyawa yang ditemukan di tanaman tersebut memiliki sifat anti kanker. Penggunaan ini telah menarik minat para ilmuwan, yang sedang menguji aktivitasnya terhadap beberapa kondisi berikut. 

Meskipun penelitian praklinis telah memberikan hasil yang menggembirakan, uji klinis tampaknya belum dipublikasikan.

Para peneliti tidak melihat langsung bagaimana luka itu bisa timbul di pipi Rakus. Namun, sebelumnya, suara perkelahian antara jantan dewasa terdengar di daerah tersebut. 

Perkelahian antar orang utan di taman ini jarang terjadi, karena makanan melimpah, namun di kawasan tersebut tidak ada pejantan dominan dan Rakus tampaknya berusaha untuk membuktikan diri.

Setelah luka muncul, ia tampak beristirahat lebih dari biasanya. Lukanya menutup empat hari setelah perawatan, dan tampak sembuh total dalam waktu tiga minggu setelah penggunaan tanaman

LUKA di pipi Rakus sembuh total dalam waktu tiga minggu setelah penggunaan tanaman. (Foto: Safrudin via IFL Science)
LUKA di pipi Rakus sembuh total dalam waktu tiga minggu setelah penggunaan tanaman. (Foto: Safrudin via IFL Science) 

Orang utan tampaknya lazim menggunakan tanaman obat. 

Ada laporan mengenai orang utan yang menelan daun tanaman yang berhubungan langsung dengan infeksi parasit, sebuah praktik yang umum terjadi pada kera lainnya. 

Yang lebih khas adalah laporan, kebanyakan, orang utan Kalimantan betina yang rajin mengunyah daun tanaman Dracaena cantleyi selama beberapa menit.

Hewan tersebut kemudian menggosokkan busa pada lengan dan kaki mereka selama lebih dari setengah jam. 

Alasannya tidak diketahui, namun masyarakat adat di daerah tempat tumbuhnya Dracaena cantleyi menggunakannya untuk mengobati nyeri otot dan nyeri tulang.

Para penulis penelitian berspekulasi bahwa Rakus mungkin telah menggunakan akar kuning untuk menghilangkan rasa sakit, dan sifat anti-bakteri apa pun hanyalah sebuah kebetulan yang bikin nyaman. 

Kemungkinan lainnya, ini mungkin merupakan cara untuk melindungi luka dari lalat. 

Para peneliti juga berspekulasi bahwa pengenalan dan penggunaan tanaman obat mungkin sudah ada sejak nenek moyang terakhir umat manusia dengan orang utan jutaan tahun yang lalu.

Meskipun banyak digunakan di Asia Tenggara karena khasiatnya sebagai obat, akar kuning belum mencapai ketenaran di seluruh dunia.

Studi yang menggambarkan tentang Rakus yang mengobati lukanya ini dipublikasikan dalam akses terbuka di jurnal Scientific Reports. | Sumber: IFL Science 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama