Lukisan populer karya Vincent van Gogh "The Starry Night" dikenal luas karena gaya artistiknya, simbolismenya, dan sebagai ikon budaya, namun ada rahasia sains di baliknya.
ngarahNyaho - Dianggap sebagai salah satu pelukis pasca-impresionis terhebat, para ilmuwan kini juga telah menetapkan bahwa permata utama karya seni Van Gogh juga akurat secara ilmiah dan mematuhi hukum fisika.
Pada tahun 1889, Vincent van Gogh menghadapi iblisnya di rumah sakit jiwa di Saint-Rémy-de-Provence, dan, hanya dalam beberapa minggu, dia menciptakan salah satu lukisan paling ikonik sepanjang masa—The Starry Night.
Mahakarya ini selalu ditafsirkan sebagai cerminan jiwa van Gogh yang retak. Dia baru setahun sebelumnya memotong sebagian telinga kirinya setelah menderita gangguan mental.
Namun pusaran langit dalam mahakaryanya mungkin lebih dari sekadar proyeksi gejolak batinnya.
Menurut sebuah studi baru, penggambaran langit malam oleh Van Gogh adalah representasi yang sangat akurat dari fenomena fisik yang kompleks: turbulensi.
Menurut para ahli di Cina dan Perancis yang meneliti gambar tersebut dengan cermat, "turbulensi tersembunyi" dalam penggambaran langit malam sangat mirip dengan turbulensi yang terlihat di alam.
Lukisan itu secara mencolok menampilkan langit biru yang berputar-putar dengan bulan dan bintang kuning yang terlihat dari rumah sakit jiwa Van Gogh di Saint-Remy-de-Provence di Prancis selatan.
Dua pohon cemara mendominasi latar depan di sebelah kiri, sementara sebuah desa berada di kejauhan di kanan bawah.
Para peneliti menyimpulkan bahwa gambar tersebut mematuhi hukum Kolmogorov, yang memprediksi pergerakan dan skala atmosfer berdasarkan energi inersia yang diukur.
“Dengan gambar digital resolusi tinggi, kami dapat mengukur dengan tepat ukuran sapuan kuas dan membandingkannya dengan skala yang diharapkan dari teori turbulensi,” kata Yongxiang Huang.
Huang adalah ilmuwan dari State Key Laboratory of Marine Environmental Science di Universitas Xiamen di Cina dan rekan penulis pada penelitian tersebut.
Dia menyatakan bahwa karya master Belanda tersebut "mengungkapkan pemahaman yang mendalam dan intuitif tentang fenomena alam" yang mungkin akan ia pelajari dengan mempelajari pergerakan awan dan atmosfer.
Skala relatif dan jarak sapuan kuas yang berputar mungkin memberikan efek tersebut.
“Representasi turbulensi yang tepat dari Van Gogh mungkin berasal dari studi pergerakan awan dan atmosfer, atau pemahaman bawaan tentang cara menangkap dinamisme langit,” kata Huang.
Para peneliti juga menganalisis pantulan cahaya terang dalam lukisan itu dan menemukan bahwa pantulan tersebut selaras dengan teori Fisika lainnya, penskalaan Batchelor.
Teori itu pada dasarnya menggambarkan fluktuasi terkecil dalam turbulensi sebelum menghilang.
“Vincent van Gogh, sebagai salah satu pelukis paling terkenal, melakukan pengamatan yang sangat cermat terhadap aliran turbulen," jelas peneliti seperti dikutip dari WION.
"Dia mampu mereproduksi tidak hanya ukuran pusaran/turbulensi, tetapi juga jarak dan intensitas relatifnya dalam lukisannya,” tulis peneliti. |
Sumber: WION | ZME
Posting Komentar