Hasil Analisis Otak, Orang Eropa Gunakan Kokain Lebih Awal dari Dugaan

Bukti dari tulang-tulang di ruang bawah tanah rumah sakit. Penggunaan kokain oleh orang Eropa ternyata dua abad lebih awal dari dugaan sebelumnya


Tanaman koka. (Foto: Wikipedia Commons)Tanaman koka. (Foto: Wikipedia Commons)


ngarahNyaho - Penggunaan kokain oleh orang Eropa dipercaya oleh sejumlah sejarawan baru terjadi pada abad ke-19 saat obat tersebut disintesis sebagai garam kokain hidroklorida.


Namun temuan terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science menunjukkan penggunaan kokain di benua tersebut kemungkinan jauh lebih awal dari dugaan. 


Dari sekitar 200 anggota genus Erythroxylum, sebagian besar spesies mengandung alkaloid tropane stimulan sistem saraf pusat, yang lebih dikenal sebagai kokain. 


Tanaman ini endemik di Amerika Selatan. Tak aneh bila, kelompok masyarakat adat wilayah itu mengunyah daun tanaman tersebut. 


Beberapa bukti paling awal mengenai obat ini dapat ditemukan pada sampel jaringan mumi di Chili, yang berasal dari sekitar 1.000 SM, meskipun praktiknya mungkin bahkan lebih tua dari itu.


Namun, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan kapan narkotika alami ini sampai ke Eropa. 


Orang-orang daru Spanyol pertama kali menemukan tanaman ini pada akhir abad ke-15.


Tulisan mereka pada saat itu menggambarkan penduduk asli “membawa daun ini ke dalam mulut mereka tanpa memakannya, tetapi hanya di sela-sela gigi mereka”.


Hal tersebut, lanjut orang-orang dari Eropa tersebut, “yang membuat mereka tidak merasa lapar, memberi mereka semangat dan kekuatan yang besar.”


Para penjajah itu mencoba untuk melarang praktik tersebut di Amerika, namun tanaman ini menyebar ke Eropa sekitar akhir abad ke-16. Kini ada bukti, orang di Eropa menggunakan stimulan alami itu lebih awal. 


Hal tersebut berdasarkan analisis jaringan otak dari tulang-tulang manusia yang terletak di ruang bawah tanah Ca’ Granda di Milan, Italia. Hasilnya menunjukkan bukti adanya komponen aktif tanaman koka. 


Ruang bawah tanah tersebut digunakan sebagai tempat pemakaman Ospedale Maggiore, sebuah rumah sakit kelas dunia pada abad ke-17. 


Penulis utama studi tersebut, Gaia Giordano dari Universitas Milan, sebelumnya menemukan bukti penggunaan opium di antara mayat-mayat ruang bawah tanah ini. 


Namun studi baru ini memperluas daftar narkoba pada era tersebut dengan memasukkan kokain.


“Analisis toksikologi dilakukan pada otak manusia yang diawetkan untuk mengungkap bukti pertama Erythroxylum spp. digunakan di Eropa sebelum abad ke-19,” tulis makalah tersebut.


“(Itu) memundurkan pemahaman kita tentang keberadaan tanaman ini hampir dua abad," lanjut penulis seperti dikutip ngarahNyaho dari Popular Mechanics. 


"Mengingat tanaman tersebut tidak tercantum dalam farmakope rumah sakit secara rinci, tanaman tersebut mungkin tidak diberikan sebagai obat tetapi mungkin digunakan untuk tujuan lain.”


Kebanyakan sejarawan percaya bahwa penggunaan kokain tidak berkembang biak di seluruh Eropa hingga abad ke-19 ketika obat tersebut disintesis sebagai garam kokain hidroklorida. 


Namun, orang Spanyol pasti sudah mengetahui efek tanaman itu berabad-abad sebelumnya. Beberapa penjajah, termasuk seorang dokter Spanyol bernama Nicholas Monardes, diketahui menanamnya di negaranya.


Pada abad ke-17, ketika orang-orang yang dikuburkan di ruang bawah tanah, Milan yang saat itu di bawah Spanyol adalah importir utama tanaman eksotik, terutama dari Amerika. 


Selain itu, orang-orang ini kemungkinan besar tidak kaya, yang berarti bahwa daun koka mungkin lebih mudah didapat bahkan pada awal diperkenalkannya ke benua tersebut.


Sepengetahuan penulis, ini adalah bukti paling awal dari “deteksi senyawa yang berasal dari Erythroxylum spp” di benua Eropa. Namun, ini bukanlah deteksi pertama. 


Tahun 1992, sebuah penelitian menyatakan adanya kokain pada mumi Mesir, sebuah anakronisme yang mengejutkan karena tidak ada bukti yang menunjukkan adanya kontak antara peradaban Nil kuno dan Amerika. 


Meskipun hasil-hasil tersebut masih diperdebatkan, penemuan mengejutkan Giordano tidak memerlukan lompatan yang luar biasa.


Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kokain—setidaknya dalam bentuk daun koka—mungkin telah terjadi di Eropa lebih cepat dari yang diyakini sebelumnya. |


Sumber: Popular Mechanics

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama