Bangsa Barbar Hirup Stimulan Saat Berperang dengan Prajurit Kekaisaran Romawi

Lebih dari 200 peralatan kecil yang ditemukan di seluruh Eropa mengisyaratkan penggunaan obat-obatan yang sebelumnya tidak diketahui di suku-suku Jermanik.


Bangsa Barbar diduga hirup stimulan saat berperang dengan prajurit Kekaisaran Romawi. (Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik)(Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik)


ngarahNyaho - Para arkeolog telah menemukan lebih dari 200 benda kecil seperti sendok di samping artefak yang berhubungan dengan peperangan di situs penggalian era Romawi di seluruh Eropa. 


Meskipun aksesori tersebut mungkin tidak secara langsung membantu mempertahankan diri dari kombatan musuh, para peneliti memiliki teori tentang fugsinya.


Menurut tim tersebut, seperti dikutip PopSci, para prajurit "barbar" di seluruh Eropa tengah mungkin telah berperang melawan Kekaisaran Romawi dengan sedikit bantuan stimulan.


Para peneliti di Universitas Maria Curie-Sklodowska di Polandia memaparkan hipotesis mereka dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Praehistorische Zeitschrift. 


Makalah mereka merinci 241 benda kecil yang digali dari 116 situs arkeologi di seluruh negeri, serta dari lokasi-lokasi di Skandinavia dan Jerman. 


Perkakas tersebut sering dibuat dari bahan-bahan seperti kayu dan tulang tanduk rusa. (Foto: Praehistorische Zeitschrift via PopSci)Perkakas tersebut sering dibuat dari bahan-bahan seperti kayu dan tulang tanduk rusa. (Foto: Praehistorische Zeitschrift via PopSci)


Wilayah ini termasuk dalam wilayah luas di Eropa tengah dan utara yang sering disebut sebagai Barbaricum oleh kekaisaran Romawi, dan merupakan rumah bagi budaya kuno yang sering secara kolektif disebut sebagai "orang barbar".


Peninggalan tersebut sebagian besar berasal dari tahun 0-150 Masehi, dan terbuat dari kayu atau tanduk rusa. 


Pegangannya umumnya berukuran panjang antara 40 dan 70 mm (sekitar 1,57-2,75 inci), dan di atasnya terdapat cakram datar atau mangkuk dangkal berdiameter 10-20 mm (0,39-0,78 inci). 


Banyak aksesori juga menyertakan lubang yang dibor ke pegangan yang memungkinkan pengguna untuk mengikatnya ke ikat pinggang.


Seperti yang dijelaskan dalam pengumuman yang menyertainya, para arkeolog telah lama mengetahui bahwa budaya Yunani dan Romawi secara luas menggunakan narkotika seperti opium.


Hanya saja, hingga saat ini, banyak ahli percaya bahwa penggunaan narkoba di masyarakat Jerman hampir secara eksklusif hanya terbatas pada alkohol. Namun, jumlah sendok dan area luas tempat sendok ditemukan menunjukkan adanya kemungkinan perlunya merevisi catatan sejarah.


Setelah mendokumentasikan setiap artefak, para peneliti kemudian mensurvei berbagai stimulan yang mungkin tersedia bagi suku-suku barbar pada saat itu. 


Daftar tersebut, meskipun tidak lengkap, cukup banyak untuk memberi para prajurit Jerman banyak pilihan—belladonna, berbagai jenis jamur, bunga poppy, hop, rami, dan henbane, dan lain-lain. 


Sementara beberapa di antaranya dapat dikonsumsi setelah dilarutkan dalam alkohol, banyak yang dapat dihirup dalam bentuk bubuk kering. 


Karena itu, para peneliti berteori bahwa para barbar menggunakan aksesori ikat pinggang mereka untuk membagi stimulan pilihan mereka secara tepat agar terhindar dari overdosis, baik sebelum maupun selama pertempuran.


"Sendok-sendok ini merupakan bagian dari perlengkapan standar prajurit, yang memungkinkan mereka untuk mengukur dan mengonsumsi stimulan di tengah panasnya pertempuran," tulis para penulis dalam makalah mereka. 


Tim tersebut juga percaya bahwa, jika teori mereka benar, maka tidak mungkin orang-orang Jerman hanya menggunakan narkoba selama masa perang. Bisa jadi untuk pengobatan ataupun ritual. |


Sumber: PopSci


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama