Ketika Perang di Luar Angkasa Tak Terelakkan, Libatkan Kapal Besar Modular dan AI

Perang di luar angkasa diprediksi tidak akan terelakkan di masa depan. AS, Cina, dan Rusia bakal jadi pemeran utamanya. 


Perang di luar angkasa diprediksi tidak akan terelakkan di masa depan. AS, Cina, dan Rusia bakal jadi pemeran utamanya.     Gambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/FreepikGambar ilustrasi dibuat oleh AI/Pikaso/Freepik


Ringkasan: 

  • Seorang analis keamanan AS meramalkan, perang di luar angkasa di masa depan tidak terelakkan.
  • Tiga negara besar, yakni AS, Cina, dan Rusia, akan terlibat dalam peperangan tersebut.
  • Peperangan tersebut akan berlangsung dalam lima fase.
  • Kecerdasan buatan atau AI bakal memegang peranan penting dalam peperangan ini.


ngarahNyaho - Seorang analis keamanan Amerika Serikat, Brandon J. Weichert, meramalkan perang di luar angkasa akan menjadi kenyataan di masa depan.


Dalam artikelnya di Popular Mechanics, Weichert menulis, tiga negara besar, yakni AS, Cina, dan Rusia bakal terlibat dan berperan sangat besar dalam peperangan tersebut. 


Menurutnya, perang di luar angkasa akan terjadi dalam beberapa fase, dimulai dengan pertarungan atas kontrol satelit dan kemudian berkembang menjadi pertarungan atas kontrol wilayah di luar angkasa.


Fase I: Pertarungan atas Kontrol Satelit


Fase pertama perang di luar angkasa akan terfokus pada pertarungan atas kontrol satelit, dengan tujuan untuk menghancurkan atau mengganggu satelit lawan.


Tiongkok dan Rusia dapat menggunakan senjata anti-satelit (ASAT) untuk menghancurkan satelit AS, atau menggunakan laser untuk mengganggu satelit AS.


AS juga dapat menggunakan teknologi serupa untuk mengancam satelit Tiongkok dan Rusia.


Fase II: Konflik di Luar Angkasa


Di fase ini melibatkan pertarungan antara aktor di luar angkasa, bukan hanya menargetkan satelit tak berawak. Konflik ini mungkin terjadi sepenuhnya di luar angkasa, tanpa dipengaruhi oleh perkembangan di Bumi.


Untuk menghadapi ancaman satelit co-orbital Cina dan Rusia, menurutnya, AS harus membuat dan menggunakan satelit pengawal (bodyguard satellites).


Satelit pengawal ini akan ditempatkan di sekitar satelit AS yang riskan untuk melindungi dari serangan. Satelit pengawal ini dapat memberi waktu bagi satelit AS yang riskan untuk terus beroperasi kendati dalam keadaan bahaya. 


Fase III: Operasi Militer di Luar Angkasa


Fase ketiga adalah operasi militer di luar angkasa yang akan melibatkan penggunaan luar angkasa sebagai "tanah tinggi strategis" untuk melancarkan operasi militer.


Ide ini telah ada sejak tahun 2002, ketika seorang perwira Korps Marinir AS mengusulkan pembelian pesawat luar angkasa Richard Branson untuk digunakan dalam operasi militer.


Pesawat luar angkasa digunakan untuk mengirimkan pasukan darat ke medan perang tanpa melanggar ruang udara negara lain. Ide ini tidak pernah terwujud, tetapi variasi dari ide ini masih ada hingga saat ini.


Angkatan Udara AS telah mengusulkan proyek untuk membangun "gudang" di orbit bumi rendah untuk menyediakan pasokan kepada pasukan yang terlibat dalam pertempuran.


Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya pengiriman pasokan ke medan perang.


Fase IV: Pertahanan Rudal dan Senjata Hipersonik dari Luar Angkasa


Dengan munculnya rudal hipersonik dan ancaman perang nuklir, konsep pertahanan rudal berbasis luar angkasa yang diusulkan oleh Presiden Reagan pada tahun 1980-an kini menjadi topik hangat di kalangan pembuat kebijakan keamanan nasional AS.


Teknologi untuk mengembangkan sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa telah matang, dan AS kini rentan terhadap serangan rudal nuklir yang tidak terduga.


Sumber pertahanan mengklaim bahwa satu-satunya pertahanan yang efektif terhadap senjata hipersonik adalah dari aset berbasis luar angkasa.


Swarms satelit yang beroperasi di orbit bumi rendah dapat digunakan untuk mengintersepkan kendaraan gliding hipersonik, mencegahnya memasuki atmosfer bumi dan menghancurkan target yang rentan di bawah.


Pada fase ini, perang terjadi dan akan bermigrasi ke Sistem Tata Surya itu sendiri, karena manusia bergerak lebih dalam ke galaksi dan menetap secara permanen di objek langit, seperti bulan, Mars, dan sabuk asteroid di luar.


Fase V: Perang di Luar Angkasa antara Kapal Luar Angkasa


Di masa depan, perang di luar angkasa akan melibatkan pertarungan antara kapal luar angkasa yang sebenarnya.


Kapal luar angkasa ini tidak akan seperti yang digambarkan dalam fiksi ilmiah, tetapi lebih seperti kapal besar dan modular yang dapat diatur untuk misi tertentu.


Kapal luar angkasa ini dapat menggunakan teknologi seperti Electromagnetic (EM) Drive atau mesin detonasi nuklir-puls. Teknologi ini masih dalam tahap eksperimental, tetapi dapat menjadi kunci untuk perang di luar angkasa di masa depan.


Kecerdasan pintar atau AI akan menjadi bagian kritis dari operasi luar angkasa di masa depan. AI dapat mengontrol kapal luar angkasa dan melakukan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.


Adapun senjata yang digunakan dalam peperangan luar angkasa ini, di antaranya laser, railgun, dan rudal balistik. Teknologi seperti quantum radar dan komunikasi kuantum juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan perang luar angkasa.


Dalam tulisannya, Wichert menegaskan, Cina merupakan ancaman yang paling serius bagi AS. Saat ini, Cina memimpin pengembangan teknologi luar angkasa, termasuk teknologi perang luar angkasa. |Sumber: Popular Mechanics


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama