Sebuah proses inovatif mengubah CO2 menjadi material padat dan tahan lama yang memerangkap karbon.

Ringkasan:
- Ilmuwan berhasil “menumbuhkan” bahan bangunan dari air laut, listrik, dan karbon dioksida — bikin beton jadi penyerap karbon, bukan penyumbang polusi.
- Material baru ini bisa ganti pasir tambang, kurangi emisi, dan tetap kuat dipakai untuk beton, semen, bahkan cat dan plester.
- Dengan teknologi ini, pabrik di tepi pantai bisa ubah laut & udara jadi bahan bangunan ramah iklim — langkah nyata menuju konstruksi hijau!
BAYANGKAN kalau kita bisa mengubah polusi karbon di udara jadi bahan bangunan yang kuat dan ramah lingkungan. Kedengarannya seperti fiksi ilmiah, tapi itu sedang jadi kenyataan.
Para ilmuwan dari Northwestern University, AS, baru saja menemukan cara cerdas untuk membuat 'material bangunan karbon-negatif', artinya bukan hanya tidak menambah emisi, tapi justru menyerap CO₂ dari udara.
Dan yang lebih keren: bahan ini dibuat dari 'air laut, listrik, dan CO₂'. Tanpa perlu menambang pasir atau merusak lingkungan.
Bagaimana Caranya?
Prosesnya cukup ajaib — tapi tetap masuk akal secara ilmiah. Tim peneliti mencelupkan elektroda ke dalam air laut dan menyalakan arus listrik. Ini memecah air jadi gas hidrogen dan ion-ion lainnya.
Lalu mereka mengalirkan gas CO₂ ke dalam air tersebut. Hasilnya? Reaksi kimia membentuk 'mineral padat seperti kalsium karbonat dan magnesium hidroksida' — mirip seperti cangkang kerang atau karang laut.
Mineral inilah yang bisa “ditanam” menjadi butiran mirip pasir, dan digunakan sebagai bahan bangunan: campuran beton, semen, plester, sampai cat. Bedanya, material ini 'menyerap karbon' alih-alih melepaskannya.
Mengapa Ini Penting?
Industri semen dan beton saat ini bertanggung jawab atas sekitar 8% emisi CO₂ global. Itu angka yang besar! Kalau kita bisa mengganti sebagian dari bahan bangunan tersebut dengan material yang justru menyerap karbon, itu seperti membalikkan arah kerusakan.
Selain itu, pasir — bahan utama beton — makin langka dan terus ditambang dari sungai, pantai, dan dasar laut. Dengan metode baru ini, kita bisa "menumbuhkan" pasir dari laut tanpa menambangnya.
Lebih hemat, lebih bersih, lebih aman untuk alam.
Bisa Disesuaikan Sesuai Kebutuhan
Menariknya, para ilmuwan bisa mengatur bentuk, ukuran, dan sifat fisik dari material ini hanya dengan mengubah tegangan listrik atau durasi aliran CO₂.
Mau yang lebih keras? Bisa. Mau yang lebih ringan atau berpori? Bisa juga. Ini memberi banyak fleksibilitas untuk berbagai jenis proyek konstruksi.
Dan jangan khawatir soal kekuatan — material ini diklaim 'tidak akan melemahkan beton atau semen' yang dicampur dengannya.
Bayangkan Ini di Masa Depan...
Bayangkan pabrik semen di tepi pantai yang mengambil CO₂ dari udara, lalu menciptakan bahan bangunan dari air laut. Listriknya bisa dari energi terbarukan seperti angin atau matahari.
Limbah airnya dikembalikan ke laut setelah disaring. Lingkungan tetap terjaga, dan kita membangun kota dengan cara yang lebih bersih.
Ini bukan mimpi — tapi kemungkinan nyata dalam beberapa tahun ke depan. |
Penafian:
- Hasil studi berjudul "Electrodeposition of Carbon-Trapping Minerals in Seawater for Variable Electrochemical Potentials and Carbon Dioxide Injections”
- Makalah dipublikasikan di Advanced Sustainable Systems
- Dilansir dari Scitech Daily
- Penyaduran dibantu oleh AI
Posting Komentar