Para ilmuwan meneliti “batas panas tak tertahankan” (uncompensable heat) — titik di mana tubuh manusia tak lagi mampu mendinginkan diri lewat keringat.
Ringkasan:
- Tubuh manusia bisa kolaps di suhu basah 26–31°C — jauh lebih rendah dari dugaan sebelumnya.
- Pemanasan global 2°C saja bisa membuat sepertiga daratan Bumi terlalu panas untuk lansia.
- Panas ekstrem sudah menewaskan ratusan ribu orang, dan gelombang panas makin sering dan ganas.
PERNAH membayangkan berada di ruang logam dengan suhu 42°C dan kelembapan tinggi selama 9 jam? Itu bukan adegan reality show ekstrem, tapi eksperimen serius yang dilakukan tim ilmuwan dari Universitas Ottawa.
Tujuannya, mengukur seberapa jauh tubuh manusia bisa bertahan menghadapi panas ekstrem — kondisi yang semakin umum di era pemanasan global.
Dalam studi terbaru yang dimuat di jurnal PNAS, para ilmuwan meneliti “batas panas tak tertahankan” (uncompensable heat) — titik di mana tubuh manusia tak lagi mampu mendinginkan diri lewat keringat.
Dan ternyata, batas ini jauh lebih rendah dari yang selama ini diperkirakan.
Titik Didih Manusia Ternyata Lebih Rendah
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengira batas suhu basah (wet bulb temperature) maksimum yang bisa ditoleransi manusia adalah 35°C, suhu yang baru mungkin tercapai jika Bumi memanas hingga 7°C di atas era praindustri.
Tapi eksperimen terbaru menunjukkan bahwa bahaya sudah muncul di suhu basah 26–31°C, dan itu bisa terjadi dengan kenaikan suhu global hanya 2°C, yang mungkin terjadi secepat tahun 2045 jika emisi karbon tidak ditekan.
Wet bulb temperature ini adalah kombinasi antara panas dan kelembapan — indikator penting karena kelembapan tinggi menghalangi tubuh untuk mendinginkan diri lewat keringat.
Uji Tubuh dalam Panas Ekstrem
Dalam eksperimen yang ekstrem ini, para peserta yang sehat dan muda dimonitor suhu inti tubuhnya saat mereka “dipanggang” di suhu 42°C dengan kelembapan terus naik.
Setelah beberapa jam, suhu tubuh mereka mulai melonjak — seperti dimasak dari luar ke dalam.
Meski sebagian besar berhasil bertahan 9 jam, para peneliti memperkirakan heatstroke akan terjadi setelah 10 jam, dan pada suhu yang sedikit lebih rendah, dalam waktu 35 jam.
Tapi itu bukan akhir ceritanya. Kondisi seperti bekerja di luar ruangan, penyakit bawaan, dan akses AC yang terbatas membuat ambang batas panas bisa lebih rendah lagi, terutama bagi lansia.
Korban Pertama Dunia yang Makin Panas
Satu studi menemukan bahwa dengan pemanasan global 2°C, lebih dari sepertiga daratan Bumi akan terlalu panas untuk lansia — lima kali lebih luas dari risiko untuk orang muda.
Kawasan seperti Timur Tengah, Afrika Barat, dan Asia Tenggara diprediksi paling terdampak. Kota seperti Karachi, Pakistan, diperkirakan akan terlalu panas bagi lansia hingga 20 persen dalam setahun.
Fakta bahwa tahun 2024 telah melewati ambang 1,5°C dari era praindustri menunjukkan bahwa masa depan yang panas bukanlah sekadar prediksi— ia sudah di depan mata.
Korban Panas Sudah Berjatuhan
Antara tahun 1999 hingga 2023, jumlah kematian akibat panas di Amerika Serikat melonjak dua kali lipat, dari 1.000 menjadi lebih dari 2.000 per tahun. Secara global, hampir 250.000 orang meninggal akibat panas dalam periode yang sama.
Tahun 2023 saja, lebih dari 47.000 orang Eropa meninggal karena gelombang panas, dengan kawasan Mediterania menjadi yang paling parah terdampak.
“Orang sudah meninggal karena gelombang panas sekarang,” kata Tony Wolf, peneliti dari Universitas Georgia. “Jadi penting untuk memahami batas-batas panas yang bisa membunuh — bukan hanya di masa depan, tapi juga hari ini.” ***
Sumber: Disadur dari artikel berjudul "The world is heating up. How much can our bodies handle?" yang terbit di Grist
Posting Komentar