Kemiskinan Pengaruhi Perkembangan Otak Anak-anak, Dampaknya Mengenaskan

Status sosial ekonomi pengaruhi perkembangan kognitif, kesehatan mental, dan peluang masa depan.

Kemsikinan berdampak buruk pada perekmbangan otak anak. (Foto Ilustrasi: Freepik)
Kemsikinan berdampak buruk pada perekmbangan otak anak. (Foto Ilustrasi: Freepik)

ngarahNyaho! - Studi terbaru mengungkapkan fakta yang meresahkan. Kemiskinan memengaruhi perkembangan otak anak-anak dan dampaknya dapat bertahan seumur hidup.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan anak-anak yang berada dalam kemiskinan mengalami kesulitan di sekolah. Status sosial ekonomi yang rendah juga dihubungkan dengan penyakit mental yang lebih tinggi.

Penelitian lainnya menunjukkan adanya hubungan antara kemiskinan dan masalah kesehatan fisik. Nah, studi terbaru mengambil semua bukti yang tersebar dan menyatukannya, sehingga menciptakan gambaran yang jelas.

Temuan menunjukkan bahwa kemiskinan atau status ekonomi rendah memaparkan masyarakat pada faktor-faktor negatif seperti stres, gizi buruk, dan racun lingkungan. 

Faktor-faktor tersebut mengubah struktur fisik dan fungsi otak, terutama jika terjadi pada masa perkembangan masa kanak-kanak.

Perubahan otak mempunyai efek domino, yang menyebabkan masalah belajar, kesehatan mental, penyakit fisik, dan kemiskinan yang berulang antargenerasi. 

“SES (socioeconomic status/status sosial ekonomi) tidak hanya mempengaruhi kondisi kehidupan individu saat ini, tetapi juga perkembangan kognitif, kesehatan mental, dan peluang masa depan.”

Demikian kata Dr. Eid Abo Hamza dari Al Ain University (AAU) ) di Uni Emirat Arab dan penulis utama studi tersebut seperti dikutip dari Earth.com.

Faktor yang menghubungkan kemiskinan dan perkembangan otak, di antaranya makanan buruk, tekanan hidup, hingga komdisi lingkungan yang buruk. 

Kerusakan yang terjadi pada masa kanak-kanak, ketika otak masih dalam masa pertumbuhan, dapat berdampak seumur hidup, menghambat seseorang untuk bertahan lama setelah mereka keluar dari kemiskinan.

Bagian terburuknya adalah dampak-dampak ini tidak terjadi begitu saja. Kerusakan otak yang terjadi pada masa kanak-kanak dapat berdampak seumur hidup.

Misalnya, seorang anak yang stres dan kesulitan belajar di sekolah kemungkinan besar akan putus sekolah, sehingga melanggengkan siklus kemiskinan pada generasi berikutnya.

Pentingnya mempelajari

Sudah terlalu lama ada kesalahpahaman bahwa mereka yang terjebak dalam kemiskinan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan, kemauan keras, atau “gen buruk” yang melekat.

Studi ini memberikan bukti kuat bahwa perubahan fisik di otak yang disebabkan oleh kemiskinan merupakan kontributor utama terhadap kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah. 

Hal ini mengalihkan kesalahan dari individu dan menempatkannya pada kondisi masyarakat yang berbahaya. Pengetahuan ini memungkinkan kita merancang intervensi yang lebih cerdas. 

Daripada menggunakan program yang tidak jelas, kita bisa fokus pada peningkatan area otak yang rusak akibat kemiskinan, sehingga berpotensi membantu anak-anak belajar lebih baik dan memutus siklus tersebut.

Penelitian ini menunjukkan bahwa upaya individu saja tidak cukup untuk mengatasi dampak negatif kemiskinan. Kita memerlukan perubahan besar-besaran untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Potensi kebijakan dapat mencakup program gizi, perumahan yang aman dan terjangkau, dan pengurangan stres.

“Dengan memahami hubungan ini, masyarakat dapat mengatasi kesenjangan dengan lebih baik dan mendukung mereka yang berada dalam situasi kurang beruntung. 

"Sehingga berpotensi mengarah pada intervensi yang dapat membantu memutus siklus kemiskinan,” kata Dr. Abo Hamza yang mempublikasikan studinya di jurnal Review in the NeurosciencesSumber: Earth.com

Post a Comment

أحدث أقدم