Bambu bisa jadi akan menggantikan kaca yang umum dipakai saat ini. Tak hanya berpotensi digunakan dalam bangunan, juga sebagai pengatur cahaya.
ngarahNyaho! - Kaca yang terbuat dari pasir masih bukan tidak mungkin di masa depan akan tergeser dengan produk serupa namun berbahan bambu.
Kaca silika, bahan transparan yang banyak digunakan dalam industri konstruksi, telah mengalami peningkatan adopsi sebagai bahan bangunan penting selama 50 tahun terakhir.
Keserbagunaannya tercermin dalam produksi kaca global yang mencapai sekitar 130 juta ton pada tahun 2020.
Kaca silika memiliki banyak keuntungan seperti karena transparansi yang tinggi dan ketersediaan bahan mentah, namun rentan rapuh serta risiko emisi CO2 serta gas rumah kaca yang besar selama proses produksi.
Nah, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat lonjakan minat terhadap produk kayu transparan, berkat fitur luar biasa seperti transparansi tinggi, kekuatan mekanik yang sangat baik, dan sifat isolasi termal yang unggul.
Kayu transparan tidak hanya menawarkan manfaat lingkungan tetapi juga memiliki potensi besar sebagai alternatif bahan kaca tradisional.
Namun demikian, terdapat beberapa keterbatasan yang terkait dengan pemanfaatan kayu transparan.
Kelangkaan kayu global, menimbulkan suatu tantangan. Meskipun ada upaya peningkatan produksi melalui perkebunan, diperkirakan permintaan industri akan meningkat.
Kelemahan lainnya, penggunaan polimer pada kayu transparan membuatnya sangat rentan terhadap kebakaran sehingga menimbulkan potensi bahaya.
Jadi untuk studi baru ini, para peneliti di Central South University of Forestry and Technology (CSUFT) di Cina beralih ke bambu.
“Bambu, yang sering disebut sebagai 'hutan kedua', memiliki tingkat pertumbuhan dan regenerasi yang cepat," kata Caichao Wan, penulis studi yang laporannya dipublikasikan di jurnal Research.
-foto-
Peneliti dari Cina mengembangkan bambu menjadi produk transparan yang tahan api, peredam asap, dan superhidrofobik, yang bisa menggantikan fungsi kaca silika. (Foto: via EurekAlert)
Peneliti dari Cina mengembangkan bambu menjadi produk transparan yang tahan api, peredam asap, dan superhidrofobik, yang bisa menggantikan fungsi kaca silika. (Foto: via EurekAlert)
Dengan demikian, lanjut Wan, "memungkinkannya mencapai kematangan dan digunakan sebagai bahan bangunan dalam waktu empat hingga tujuh tahun setelah pertumbuhannya.”
Dia menambahkan, dengan hasil empat kali lebih tinggi dari kayu per hektar, bambu dikenal karena efisiensinya yang luar biasa.
Struktur internal dan komposisi kimia bambu sangat mirip dengan kayu, sehingga tim menggunakan metode yang sama untuk mengubahnya menjadi transparan.
Setelah lignin dihilangkan, bambu dimasukkan ke dalam cairan natrium silikat anorganik, yang mengubah pembiasan cahaya serat menjadi jernih. Lalu, bahan tersebut diolah agar menjadi bahan hidrofobik, atau anti air.
Hasil akhirnya adalah struktur tiga lapis – silan di atas, silikon dioksida di tengah, dan natrium silikat di bawah.
Bambunya transparan, dengan transmisi cahaya 71,6%, tahan api, anti air, dan menghalangi asap dan karbon monoksida. Secara mekanis, ia memiliki modulus lentur 7,6 GPa dan modulus tarik 6,7 GPa.
Bambu transparan ini tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, namun ketika digunakan sebagai substrat sel surya perovskit, ia juga berfungsi sebagai lapisan pengatur cahaya.
Hal ini meningkatkan efisiensi konversi daya sel sebesar 15,29%. “Dalam penelitian ke depan, kami akan fokus pada fabrikasi skala besar dan multifungsi bambu transparan ini,” kata Wan. | Sumber: New Atlas/EurekAlert
إرسال تعليق